Scroll untuk membaca artikel
Senin, 03 Oktober 2022 | 13:44 WIB

Kekerasan Dalam Rumah Tangga Tidak Selalu dengan Fisik, Ada Pula Kekerasan Psikologis dalam Hubungan, Kenali Tanda "Abusive Relationship"

Yanti Agustjik
Kekerasan Dalam Rumah Tangga Tidak Selalu dengan Fisik, Ada Pula Kekerasan Psikologis dalam Hubungan, Kenali Tanda "Abusive Relationship"
Ilustrasi Abusive Relationship (Phsycare)

Momok Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) sudah cukup dimengerti oleh masyarakat, dimana seharusnya ketika korban mendapatkan perilaku tersebut, maka tidak boleh berdiam diri.

Namun, yang harus disadari, sebelum kekerasan fisik terjadi, sering adanya kekerasan psikis dalam suatu hubungan sebagai bentuk awal hubungan yang tidak sehat. Bahkan, ada hubungan yang hanya diisi oleh kekerasan psikis, tanpa adanya sentuhan fisik, sehingga korban tidak menyadari bahwa sudah menjadi korban.

Hubungan yang penuh kekerasan ini dinamakan 'abusive relationship'. Jika diartikan, hubungan abusive adalah suatu hubungan di mana salah satu pihak berusaha untuk menguasai dan mengendalikan pihak lainnya dengan perilaku yang negatif. Hubungan ini biasanya dipenuhi dengan kekerasan verbal, fisik, bahkan seksual. Hubungan abusive tidak hanya menimpa wanita, bisa juga menimpa pria.

TANDA HUBUNGAN ABUSIVE

Dikutip dari Insider, ada tanda yang bisa dilihat untuk mengetahui suatu hubungan sudah memasuki kategori 'abusive'. Karena seringkali dilakukan dengan cara yang halus, sehingga seseorang tidak menyadari sedang menjalani hubungan yang diwarnai kekerasan. Berikut tanda-tandanya:

Baca Juga:Kenali Kalimat-kalimat yang Digunakan Pelaku 'Gaslighting' untuk Memanipulasi Pikiran Korban

1. Penuh Cinta dan Hadiah

Tanda pertama yang dapat dilihat bahwa seseorang sedang dalam hubungan yang penuh kekerasan adalah ketika pasangan memberikan banyak cinta, hadiah dan perhatian. Ini dilakukan dalam bentuk besar, cepat dan intens, sehingga 'korban' menjadi bergantung pada pasangan.

"Liburan, hadiah, kontak terus-menerus, atau terlalu banyak informasi dan terlalu banyak minat yang kuat secara keseluruhan. Hubungan narsistik sering kali dimulai terlalu cepat. Ini kemudian diikuti oleh siklus mendevaluasi dan naik turun," terang Psikolog Klinis sekaligus Pakar Narsisme, Ramani Durvasula.

2. Adanya 'Gaslighting'

Terapis sekaligus salah satu Pendiri Viva Wellness di NYC, Jor-El Caraballo menjelaskan bahwa praktik 'gaslighting' biasa terjadi dalam hubungan yang melecehkan.

Baca Juga:Lesti Kejora Diduga Korban 'Gaslighting' Rizki Billar, Kenali Ciri-ciri Pelaku 'Gaslighting'

"Gaslighting mencoba membuat seseorang percaya apa yang mereka lihat sebenarnya tidak benar. Ini bisa terjadi bahkan dalam kondisi yang paling sederhana seperti pasangan yang kasar bersikeras pasangan mereka meninggalkan piring kotor di wastafel padahal dia sendiri yang melakukannya," jelas Caraballo.

Pelaku menggunakan taktik 'gaslighting' untuk memanipulasi korban, sehingga korban mempertanyakan persepsi dirinya tentang realitas, dan membuat mereka tidak melihat perilaku kasar pasangannya. 'Gaslighting' biasanya dilakukan secara berulang, sehingga korban tidak mempercayai tentang realita yang ia rasakan dan pikirkan.

"Gaslighting jarang terjadi satu kali. Pelaku menggunakannya untuk membuat pasangannya tidak mempercayai pikiran dan perasaan sendiri, lalu memberikan pelaku lebih banyak kemampuan untuk menggunakan kendali. Kebutuhan egois," tambah Caraballo.

3. Mengontrol Hubungan Pasangan dengan Dunia Luar

Konsep hubungan 'abusive' adalah penguasaan. Pelaku biasanya memulai dari hal kecil, dengan meminta pasangannya yang menjadi korban untuk tidak berkontak dengan teman tertentu.

"Jelas penting untuk mengeksplorasi bagaimana Anda bisa terlibat dengan orang lain secara online, tetapi pasangan yang 'tidak mengizinkan' Anda menggunakan media sosial atau melakukan percakapan DM, misalnya, adalah tanda peringatan yang serius," kata Caraballo.

Biasanya, pelaku akan mulai membatasi cara pasangannya berinteraksi dengan keluarga dan teman untuk mengisolasi korban dari dunia luar.

"Seseorang yang terus-menerus mengungkapkan hal-hal negatif tentang teman atau anggota keluarga yang anda cintai dan anda pedulikan, mungkin juga menunjukkan kecenderungan untuk mengontrol dan mengisolasi dalam jangka panjang," kata Caraballo.

Dengan caranya, lama kelamaan pasangan yang menjadi korban akan tertutup dari dunia luar, sesuai kehendak pelaku, bukan atas keinginannya sendiri.

Berita Terkait

Tag

terpopuler

Lifestyle

Terkini

Loading...
Load More
Ikuti Kami

Dapatkan informasi terkini dan terbaru yang dikirimkan langsung ke Inbox anda